Blog Archive

Labels

Advertisement

Report Abuse

Popular Posts

FOLLOW US @ INSTAGRAM

About Me

NEW POST!

Popular Posts

Skip to main content

Berteman dengan Proses

 


Aku sejak kecil gak begitu mengenal nama proses. Gak pernah tahu apa makna dari proses dan mengapa kita harus berproses. Sampai suatu hari di kehidupan SMA, ada seorang guru bertanya kepada kami satu persatu. “Kamu lebih suka proses atau hasil?” tanya beliau yang cukup membuatku kaget. Aku diam cukup lama sampai beliau berkata, “Gapapa kok kalau kamu mau memilih hasil. Kedua pilihan itu gak ada yang buruk. Kamu tahu BJ Habibie kan?” “Iya, Bu.” “Nah, beliau itu lebih memilih hasil daripada proses.” “Oh... gitu.” “Gak semua orang yang memilih proses itu bagus, begitu juga dengan orang yang memilih hasil. Gak semua yang berorientasi pada hasil gak suka berproses, begitu juga sebaliknya.” “Ya sudah Bu saya memilih hasil.”

            Pada saat itu sebenarnya jawabannya gak begitu jujur sih alias masih jadi jawaban yang “ya udah lah jawab aja dulu.” Ternyata sampai di titik ini baru deh sadar kenapa proses dan hasil itu adalah hal yang penting. Memang sih banyak sekali kita temui slogan “Usaha tidak pernah menghianati hasil”, namun adakalanya keberuntungan itu hadir tanpa usaha. Ya udah dikasih aja ya karena beruntung. Ga ada proses ga ada usaha tiba-tiba dikasih aja tuh hasil berupa kuliah gratis atau dapat pekerjaan gratis dan gak pakai tes lagi masuknya, gaji juga besar. Tapi ya perlu diingat, faktor keberuntungan itu datangnya tidak setiap hari. Dan mungkin aku juga salah satu dari bermiliar manusia yang merasakan keberntungan pada saat-saat tertentu saja.

            Di umur kepala 2 aku mulai sadar kalau ada sebab ada akibat, ada usaha ya ada hasil. Di titik akhir perkuliahan aku akhirnya menuai hasil dari proses mengembangkan diri sendiri. Akhirnya bisa menjawab sebuah pertanyaan, “Sebenarnya aku ini bisanya apa dan sukanya apa sih? Passion ku itu apa?” Akhirnya setelah lebih dari 5 tahun dan tentunya masih akan terus berlanjut, satu jawaban sudah muncul. Salah satunya adalah menulis.

            Pandji Pragiwaksono bilang di video interviewnya dengan Merry Riana,“kalau ada orang yang menertawakan lu di tengah-tengah lu berkarya, ya udah maafin aja karena bagi dia mungkin hidupnya terlalu instan untuk memahami pentingnya proses.” Aku masih ingat waktu awal-awal menulis di blog ini. Sumpah hancur banget tuh tulisan, saat itu yang ingin ku utarakan ya cuma satu. Tulis aja yang membuat hati janggal dan meskipun begitu meskipun gak ada feedbacknya, ditertawakan teman, disindir dan sebagainya. Sedih gak? BANGET. Nyerah? Pengen, tapii gak deh. Bahkan aku sempet ragu, “ini aku nulis sebenarnya buat apa sih. Emang sih dulu pengen jadi penulis, tapi ya apa bisa, apa mungkin dan lagi pula bayaran jadi penulis itu gak bisa diharapkan alias gak stabil.” Tapi, ternyata Tuhan itu bisa aja gitu ngasih jalannya. Sampai akhirnya terbukti bisa jadi penulis meskipun belum jadi penulis yang baik, benar dan profesional.

            Akhirnya aku juga makin ngerti dengan apa yang terjadi di tubuhku sendiri. Makin lama makin ngerti keinginan aku sebenarnya apa dan apa yang membuat aku menjadi bahagia dengan melakukannya. Di sinilah aku jadi kenal yang namanya proses. Setelah kurang lebih 5 tahun melawan gangguan kecemasan dan depresi akhirnya bisa bangkit. Akhirnya bisa tahu apa yang benar-benar harus aku perjuangkan. Nilai apa yang benar-benar cocok untuk diriku sendiri.

            Sampai di titik ini pun proses juga tetap harus digandeng dengan erat. Dunia kita gak ada yang serba instan bahkan mie instan pun harus dimasak dulu sebelum dimakan. Mau makan ice cream pun harus buka bungkusnya dulu atau nunggu dilayani baru bisa dimakan kalau di rumah makan. Meskipun kadang-kadang proses itu bikin sakit kepala, stres dan hal negatif lainnya berdatangan, tapi percayalah hasilnya bukan sekedar hasil. Tapi, juga pengalaman yang jauh lebih berharga dari sekedar hasil.

            “Kita hanya bisa berupaya, melakukan yang terbaik, berdoa, dan berpasrah dengan hasilnya. It’s only the way to live and stay sane.”Rianti Cartwright

            Ini juga yang membuatku berpikir-pikir terus sebenarnya mimpiku apa dan kenapa aku harus hidup dengan mimpiku. Salah satunya karena dengan mimpi hati terasa lebih lega, aku jadi mengerti diriku lebih baik dan aku hanya ingin meminimalisir penyesalan di hari tua. Menulis sudah menjadi mimpiku yang aku idam-idamkan. Memang masih jauh jalanku untuk bisa menjadi penulis yang bukunya ada di seluruh toko buku penjuru dunia. Namun, kita tetap harus yakin dengan proses bahwa usaha yang kita lakukan suatu hari akan berlabuh di pelabuhan yang tepat.

            Pandji Pragiwaksono bilang,“Dulu tuh ayah bilang, jangan pernah bunuh mimpi kamu, mimpi itu tidak bisa dibunuh mau dipukul mau ditinju, dihancurkan sekuat apapun, mimpi cuman bisa pingsan dan bangun di usia tua dalam bentuk penyesalan.”

Sekarang kalau ditanya, “Kamu orang yang berorientasi pada proses atau hasil?” Aku bisa menjawab, “Keduanya. Tanpa proses tidak ada hasil maksimal, tanpa hasil proses adalah hasil sebuah perjuangan.”

Comments